Hetalia Mochi - Rome
Tampilkan postingan dengan label IPA BAB 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IPA BAB 9. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Januari 2019

BIANG KERINGAT

BIANG KERINGAT


Biang keringat atau miliaria adalah ruam kecil berwarna merah dan menonjol yang terasa gatal, serta bisa menyebabkan sensasi menyengat atau perih pada bagian kulit. Kelainan yang juga dikenal dengan nama ruam panas ini tidak hanya terjadi pada bayi, namun orang dewasa juga bisa mengalaminya ketika cuaca sedang panas atau pada lingkungan yang bersuhu lembap.
Biang keringat biasanya muncul beberapa hari setelah seseorang terkena pajanan suhu panas. Kondisi ini bisa muncul di seluruh bagian tubuh, tapi sering kali muncul pada bagian wajah, leher, punggung, dada, dan bagian paha.
Biang Keringat-Alodokter

Gejala dan Jenis Biang Keringat

Lokasi munculnya ruam pada orang dewasa dan bayi umumnya berbeda. Pada bayi, biang keringat biasanya muncul pada bagian leher, dan terkadang pada bagian ketiak, lipatan siku, dan selangkangan. Pada orang dewasa, biang keringat akan muncul pada lipatan kulit yang bergesekan dengan pakaian.
Terdapat beberapa jenis biang keringat menurut tingkat keparahannya. Tanda dan gejala yang muncul juga bervariasi pada setiap jenisnya. Berikut ini adalah jenis-jenis yang diketahui:
  • Miliaria kristalina. Ini adalah jenis biang keringat yang paling ringan dan hanya memengaruhi saluran keringat dari lapisan kulit teratas. Kondisi ini bisa ditandai dengan kemunculan bintil-bintil berisi cairan berwarna jernih yang mudah pecah. Miliaria kristalina lebih cenderung terjadi pada bayi dibandingkan orang dewasa. Biang keringat jenis ini biasanya tidak gatal dan tidak terasa sakit.
  • Miliaria rubra. Biang keringat jenis ini muncul di lapisan kulit yang lebih dalam dan biasanya terjadi pada daerah bersuhu panas atau lembap. Gejala dari kondisi ini adalah berupa sensasi gatal dan menyengat disertai munculnya bintil merah. Kulit akan mengalami peradangan dan terasa sakit akibat dari keringat yang tidak bisa keluar dari permukaan kulit.
  • Miliaria pustulosa. Ini adalah perkembangan dari miliaria rubra di mana bintil mengalami peradangan dan berisi nanah.
  • Miliaria profunda. Ini adalah jenis biang keringat yang paling jarang terjadi, dan berdampak pada dermis atau lapisan kulit yang lebih dalam. Biang keringat jenis ini bisa bersifat kronis dan sering kambuh. Kondisi ini lebih cenderung terjadi pada orang dewasa setelah melakukan aktivitas fisik yang menghasilkan banyak keringat. Tanda-tanda yang terlihat dari miliaria profunda adalah bintil berwarna merah yang berukuran lebih besar dan lebih keras.
Biang keringat umumnya bukan merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan secara khusus. Kondisi ini biasanya dapat pulih dengan sendirinya dengan mendinginkan kulit serta menghindari pajanan panas. Meski demikian, segera temui dokter jika ruam terlihat makin parah, gejala  yang muncul bertahan cukup lama, atau Anda melihat adanya tanda-tanda infeksi, seperti:
Penyebab dan Faktor Risiko Biang Keringat
Biang keringat disebabkan oleh keringat yang terjebak di balik kulit dan tidak bisa menguap akibat kelenjar keringat tubuh yang terhambat. Sebagai akibatnya, kulit mengalami peradangan dan timbul ruam. Berikut ini adalah beberapa faktor yang bisa menghambat kelenjar keringat di dalam tubuh :
  • Iklim tropis. Kemunculan biang keringat bisa disebabkan oleh cuaca atau suhu lingkungan yang panas dan lembap.
  • Kepanasan, misalnya karena menggunakan pakaian yang terlalu tebal atau tidur dengan selimut yang berlebihan.
  • Aktivitas fisik tertentu. Olahraga atau pekerjaan yang memerlukan aktivitas fisik yang berat hingga menyebabkan keluarnya banyak keringat juga bisa menyebabkan terjadinya biang keringat.
  • Kelenjar keringat belum berkembang. Kasus biang keringat lebih mudah terjadi pada bayi, terutama pada bayi yang sedang dihangatkan dengan inkubator, memakai pakaian yang panas, atau mengalami demam. Bayi belum memiliki kelenjar keringat yang sudah berkembang sepenuhnya dan terkadang dapat membuat keringat tertahan di balik kulit.
  • Tirah baring (bed rest) terlalu lama. Risiko mengalami biang keringat juga tinggi pada pasien yang diwajibkan untuk beristirahat di ranjang untuk waktu yang cukup lama.

Diagnosis dan Pengobatan Biang Keringat

Biang keringat dapat dikenali dari penampakan ruam merah pada lapisan kulit. Seperti yang telah disebutkan di atas, kondisi ini umumnya tidak membutuhkan pertolongan medis. Meski biang keringat bukan kondisi yang serius, tidak ada salahnya untuk diatasi sesegera mungkin. Kondisi ini bisa ditangani sendiri di rumah dengan langkah-langkah sederhana, seperti berikut ini:
  • Menghindari panas berlebih dan tempat yang Pajanan terhadap panas akan membuat Anda lebih banyak berkeringat dan membuat ruam makin parah. Dianjurkan untuk lebih sering berteduh atau mencari tempat dingin untuk menghindari panas. Selain itu, minumlah banyak cairan agar terhindar dari dehidrasi.
  • Menjaga kulit tetap dingin. Untuk menurunkan keringat dan menjaga kulit tetap dingin, berendam atau mandi bisa membantu menjadikan tubuh terasa sejuk dan menghindari keringat berlebih.
  • Memakai pakaian longgar. Hindari menggunakan pakaian yang terbuat dari serat sintetis, seperti polyester atau Bahan-bahan ini lebih menyerap panas dan membuat Anda makin banyak berkeringat.
  • Mengonsumsi tablet Obat antihistamin berguna untuk meredakan gatal-gatal pada kulit. Meski demikian, pastikan untuk menanyakan kepada dokter terlebih dahulu apakah obat ini cocok dengan kondisi kesehatan Anda.
  • Menggunakan krim hidrokortison. Krim ini sangat efektif untuk mengatasi bagian kulit yang mengalami gatal-gatal dan iritasi. Tapi jangan gunakan pada bagian wajah dan selalu ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
  • Memakai losion calamine. Losion ini bisa membantu meredakan kulit yang gatal, perih atau mengalami iritasi.
Jika langkah-langkah pengobatan di atas tidak membuahkan hasil, atau setelah 3-4 hari ruam merah tidak menghilang bahkan bertambah parah, segeralah berkonsultasi dengan dokter.

Pencegahan Biang Keringat

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah biang keringat, yaitu:
  • Usahakan agar tubuh tidak kepanasan, khususnya pada musim panas.
  • Gunakan sabun yang tidak membuat kulit menjadi kering dan tidak mengandung parfum.
  • Jangan gunakan losion atau krim yang dapat menyumbat pori-pori kulit.
  • Hindari mengenakan pakaian ketat yang dapat menyebabkan kulit sulit bernapas.


SUMBER ; https://www.alodokter.com/biang-keringat

JERAWAT

JERAWAT



Pengertian

Jerawat (acne) adalah gangguan pada kulit yang berhubungan dengan produksi minyak (sebum) berlebih. Hal tersebut menyebabkan peradangan serta penyumbatan pada pori-pori kulit. Peradangan ditandai dengan munculnya benjolan kecil (yang terkadang berisi nanah) di atas kulit. Gangguan kulit ini biasa terdapat di bagian tubuh dengan kelenjar minyak terbanyak, yaitu di wajah, leher, bagian atas dada, dan punggung.
Pada remaja, jerawat lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Namun saat memasuki usia dewasa muda, jerawat lebih mudah terjadi pada wanita dibanding pria. Umumnya jerawat terjadi di usia 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria. Walau tak menutup kemungkinan bahwa jerawat juga bisa hadir di usia yang lebih dewasa.
Pada dasarnya jerawat bukanlah penyakit berbahaya. Ini adalah kondisi umum yang bisa terjadi pada siapa pun. Meski demikian, jerawat dapat meninggalkan bekas-bekas luka (acne scar), yaitu jaringan parut akibat penyembuhan jerawat yang tidak sempurna. Hal ini seringkali mengurangi kepercayaan diri orang yang mengalaminya.
Jerawat

Diagnosis

Diagnosis terhadap jerawat bisa saja dilakukan oleh dokter hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik/ kulit penderita secara langsung. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, dokter akan menentukan tingkat keparahan jerawat (baik dari segi jumlah maupun tingkat peradangan). Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan lanjutan.

Gejala

Pada dasarnya jerawat memiliki gejala yang cukup umum, yaitu benjolan kecil (papul) yang muncul di atas kulit. Benjolan tersebut biasanya berwarna kemerahan atau kuning (karena mengandung nanah).
Selain itu, ada beberapa tanda lainnya dari jerawat. Seperti sensasi panas/ terbakar akibat adanya peradangan dan timbulnya rasa gatal. Selain itu juga ada juga gejala khas jerawat berupa komedo.
Komedo merupakan benjolan-benjolan kecil yang mengandung sumbatan sebum. Bila berwarna hitam disebut komedo hitam (blackheads). Sedangkan yang berwarna putih disebut komedo putih (whiteheads). Komedo putih berada di lokasi yang lebih dalam dari komedo hitam.

Pengobatan

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi jerawat harus disesuaikan dengan tingkat keparahan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu dengan cara:
  • Mengurangi produksi minyak
  • Melawan infeksi bakteri
  • Mempercepat pergantian sel kulit dan mengurangi peradangan.
  • Obat mengandung sulfur, resorcinol atau asam salisilat
  • Antibiotik
Selain itu juga bisa dengan menggunakan Isotretinoin. Namun penggunaannya memerlukan pengawasan dari dokter, karena dapat menimbulkan efek samping yang buruk. Selain itu, wanita hamil tidak dianjurkan mengkonsumsi isotretinoin, karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
Tindakan lain yang bisa dilakukan untuk mencegah jerawat agar tidak berulang adalah:
  • Menjaga kebersihan wajah. Pastikan Anda membersihkan wajah dua kali dalam sehari. Tujuannya adalah untuk mengangkat sel-sel kulit mati dan minyak yang berlebihan di permukaan kulit. Ingatlah untuk selalu membersihkan wajah usai mengenakan kosmetik.
  • Hindari menggosok wajah dengan menggunakan kain atau sarung tangan dengan permukaan kasar. Usap wajah Anda dengan menggunakan tangan secara perlahan.
  • Gunakan pelembab yang non-comedogenic yang tidak dapat menyebabkan jerawat. Pilihlah pelembab sesuai dengan jenis kulit Anda.
  • Pilihlah kosmetik yang non-comedogenic yang sifatnya tidak menutup pori-pori di kulit. Dengan demikian Andaakan terhindar dari masalah jerawat setelah pemakaian kosmetik.
  • Bersihkan peralatan kosmetik Anda dengan menggunakan sabun dan air hangat secara rutin.
  • Segera mandi setelah beraktivitas. Keringat dan minyak berlebih di wajah dapat memicu terjadi jerawat.
  • Hindari memencet dan memegang jerawat terlalu sering. Hal ini dapat memicu jerawat bertambah banyak.

Penyebab

Ada banyak faktor yang dapat memicu terbentuknya jerawat. Namun secara umum jerawat dapat dipicu karena kondisi sebagai berikut:
  • Produksi minyak berlebih. Salah satu faktor penting yang menyebabkan timbulnya jerawat adalah meningkatnya produksi hormon testosteron, yang dimiliki oleh tubuh pria maupun wanita. Hormon testosteron memicu timbulnya jerawat dengan merangsang kelenjar minyak untuk memproduksi minyak kulit (sebum) secara berlebihan.
  • Siklus hormonal. Setiap orang tentu akan melewati masa pergantian siklus hormonal, khususnya saat memasuki usia pubertas. Saat hal ini berlangsung, produksi hormon dapat merangsang produksi minyak berlebih. Selain itu siklus hormonal juga terjadi pada masa menstruasi wanita.
  • Faktor genetik. Faktor keturunan juga dapat menjadi penyebab jerawat. Artinya, jika salah satu orangtua memiliki masalah jerawat, maka anaknya juga memiliki risiko mengalami hal yang sama.
  • Bakteri. Bila minyak berlebih yang diproduksi kulit terinfeksi bakteri, maka jerawat dapat tumbuh dengan mudah. Infeksi akibat bakteri ini jugalah yang biasanya menimbulkan iritasi pada kulit.
  • Stres. Tekanan hidup, baik karena masalah pekerjaan maupun keluarga, dapat membuat seseorang menjadi stres. Hal ini biasanya akan memengaruhi gaya hidup seseorang, termasuk dalam pola makan. Akibatnya jerawat menjadi lebih mudah terpicu.
  • Penggunaan kosmetik. Kandungan zat pada masing-masing kosmetik tidak selalu dapat ditoleransi oleh kulit setiap orang. Biasanya, jenis kosmetik dengan unsur minyak, zat pewarna, dan parfum lebih mudah memicu terbentuknya jerawat.

SUMBER : https://www.klikdokter.com/penyakit/jerawat

KANKER GINJAL

KANKER GINJAL

Kanker ginjal adalah jenis kanker yang awalnya muncul di ginjal. Manusia memiliki dua buah ginjal yang terletak di kedua sisi punggung bawah, di bawah tulang rusuk. Ginjal adalah organ di dalam tubuh yang berfungsi menyaring kotoran dalam darah dan membuangnya dalam bentuk urine. Selain itu, ginjal juga memproduksi hormon renin yang berfungsi mengendalikan tekanan darah dan hormon erythropoietin yang berfungsi dalam pembentukan sel darah merah.
kanker ginjal - alodokter

Penyebab Kanker Ginjal

Penyebab kanker ginjal belum diketahui secara pasti hingga kini. Namun, dokter mendeteksi bahwa kanker dimulai ketika DNA dalam sel-sel ginjal bermutasi. Mutasi ini menyebabkan sel ginjal tumbuh abnormal dan tidak terkendali. Akumulasi sel tersebut akhirnya membentuk tumor yang dapat menyebar ke seluruh organ ginjal atau bagian tubuh lainnya.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ginjal, antara lain:
  • Merokok.
  • Hipertensi.
  • Obesitas.
  • Memiliki anggota keluarga penderita kanker ginjal.
  • Efek samping cuci darah jangka panjang.
  • Bekerja di lingkungan yang mengakibatkan terpapar zat tertentu, seperti kadmium.
  • Sindrom von Hippel-Lindau, yaitu kelainan bawaan yang mengakibatkan timbulnya tumor dan kista di beberapa bagian tubuh.

Gejala Kanker Ginjal

Sebagian besar penderita kanker ginjal adalah orang berusia 50 tahun ke atas. Pada stadium awal biasanya penderita tidak merasakan adanya gejala. Namun, pada stadium lanjut, penderita dapat merasakan gejala-gejala sebagai berikut:
  • Demam.
  • Keluar keringat pada malam hari.
  • Kekurangan darah (anemia).
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Penurunan berat badan.
  • Nyeri dan bengkak di sekitar punggung bawah dan pinggang.
  • Berubahnya warna urine menjadi kemerahan atau kecokelatan karena telah bercampur darah.
  • Batuk darah jika kanker telah menyebar ke paru-paru.
  • Nyeri tulang jika kanker telah menyebar ke tulang.
  • Pembengkakan pembuluh darah di sekitar testis (terjadi pada pria).
  • Kelenjar di bagian leher membengkak.

 Diagnosis Kanker Ginjal

Sebagai langkah awal diagnosis kanker ginjal, dokter akan melakukan beberapa hal yang meliputi mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya benjolan atau pembengkakan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis. Beberapa jenis pemeriksaan lanjutan meliputi:
  • Tes urine. Untuk mendeteksi adanya infeksi atau darah.
  • Tes darah. Untuk memeriksa tanda gangguan fungsi pada ginjal.
  • Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menghasilkan gambaran dari ginjal pasien.
  • CT scan. CT scan ginjal dan saluran kemih merupakan tes pencitraan yang menampilkan gambar ginjal dari banyak sudut dan potongan.
  • MRI. Tes pencitraan yang dapat menghasilkan gambar detail dari ginjal pasien.
  • Biopsi. Prosedur yang dilakukan dengan memasukkan jarum untuk mengambil sampel jaringan ginjal yang nantinya akan dianalisis di laboratorium.
Melalui pemeriksaan lanjutan tersebut, dokter mungkin dapat menyimpulkan apakah gejala yang pasien alami merupakan gejala kanker ginjal atau bukan. Jika pasien terdiagnosis kanker ginjal, dokter akan menentukan stadium kanker ginjal.

Pengobatan Kanker Ginjal

Pengobatan kanker ginjal dilakukan berdasarkan ukuran atau diameter kanker dan penyebarannya di dalam tubuh. Beberapa jenis pengobatan terhadap kanker ginjal meliputi:
  • Operasi. Operasi adalah metode pengobatan yang paling banyak dilakukan terhadap penderita kanker ginjal. Ada 2 macam operasi kanker ginjal, yaitu:
    • Nefrektomi parsial, yaitu prosedur operasi dengan mengangkat sebagian ginjal yang berubah menjadi sel kanker. Prosedur ini biasanya dilakukan jika diameter tumor kurang dari 4 cm.
    • Nefrektomi radikal, yaitu prosedur operasi dengan mengangkat seluruh organ ginjal yang terdapat sel kanker. Prosedur ini menyebabkan pasien harus menjalani hidup dengan satu ginjal.
    Prosedur operasi kanker ginjal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
    • Operasi ‘terbuka’. Dilakukan dengan membuat sayatan besar pada perut atau punggung.
    • Laparoskopi. Dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus melalui sayatan yang lebih kecil, sebesar lubang kunci.
  • Terapi ablasi. Terapi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
    • Krioterapi. Terapi menghancurkan sel-sel kanker dengan cara membekukan sel-sel tersebut.
    • Ablasi radiofrekuensi. Terapi menghancurkan sel-sel kanker dengan memanaskan sel-sel tersebut.
    Terapi ablasi memiliki efek samping, antara lain pendarahan di sekitar ginjal dan kerusakan pada ureter,
    yaitu saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih.
  • Embolisasi. Prosedur ini dilakukan dengan cara menyuntikkan zat khusus ke dalam pembuluh vena ginjal melalui kateter guna menghambat aliran darah. Dengan terputusnya pasokan nutrisi atau oksigen ke dalam ginjal, maka tumor akan menyusut secara perlahan.
  • Radioterapi. Metode pengobatan menggunakan radiasi dari energi radioaktif untuk menghancurkan sel-sel kanker. Radioterapi tidak dapat mengobati kanker ginjal sepenuhnya, namun bisa mengurangi gejala yang dirasakan pasien dan memperlambat perkembangan kanker. Metode ini dilakukan jika kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti tulang atau otak. Pengobatan dengan radioterapi memiliki efek samping, antara lain:
    • Lelah.
    • Diare.
    • Kulit kemerahan di area yang terkena radiasi.
  • Terapi obat. Terapi ini dilakukan untuk menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel-sel kanker dengan pemberian obat-obatan, antara lain:
    • Sutinib. Obat ini bekerja dengan cara menghambat protein kinase, yaitu enzim yang membantu pertumbuhan sel kanker, sehingga perkembangan kanker dapat dihentikan. Sunitinib tersedia dalam bentuk kapsul.
    • Pazopanib. Obat ini bekerja dengan cara menghambat tirosin kinase, enzim yang menstimulasi sel kanker, sehingga menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Pazopanib tersedia dalam bentuk tablet.
    • Sorafenib. Obat ini berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan mencegah sel kanker untuk membentuk pembuluh darah, yang dibutuhkan untuk tumbuh.
    • Everolimus. Kedua obat ini bekerja dengan cara menghambat atau mengganggu fungsi protein MTOR yang terdapat di dalam sel-sel kanker, sehingga jumlah sel kanker tidak makin banyak.

Pencegahan Kanker Ginjal

Cara terbaik untuk meminimalkan risiko kanker ginjal adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi:
  • Berhenti merokok.
  • Selalu menjaga tekanan darah.
  • Menjaga berat badan ideal untuk menghindari obesitas dengan perbanyak konsumsi buah dan sayur, serta rutin berolahraga setiap hari.
  • Gunakan alat pelindung diri di lingkungan kerja yang rentan terhadap paparan zat-zat berbahaya.

SUMBER : https://www.alodokter.com/kanker-ginjal

DIABETES INSIPIDUS

DIABETES INSIPIDUS

Diabetes insipidus adalah kondisi yang cukup langka, dengan gejala selalu merasa haus dan pada saat bersamaan sering membuang air kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Jika sangat parah, penderitanya bisa mengeluarkan air kencing sebanyak 20 liter dalam sehari.
Diabetes insipidus sendiri berbeda dengan diabetes melitus. Diabetes melitus adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula darah di atas normal. Diabetes insipidus, pada lain sisi tidak terkait dengan kadar gula dalam darah.
Diabetes insipidus-Alodokter

Penyebab Diabetes Insipidus

Terjadinya diabetes insipidus dikarenakan gangguan pada hormon antidiuretik (antidiuretic hormone/ADH) yang mengatur jumlah cairan dalam tubuh. Hormon ini dihasilkan hipotalamus, yaitu jaringan khusus di otak. Hormon ini disimpan oleh kelenjar pituitari setelah dihasilkan oleh hipotalamus.
Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon antidiuretik ini saat kadar air di dalam tubuh terlalu rendah. ‘Antidiuretik’ berarti bersifat berlawanan dengan ‘diuresis’. ‘Diuresis’ sendiri berarti produksi urine. Hormon antidiuretik ini membantu mempertahankan air di dalam tubuh dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam bentuk urine.
Yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus adalah produksi hormon antidiuretik yang berkurang atau ketika ginjal tidak lagi merespons seperti biasa terhadap hormon antidiuretik. Akibatnya, ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan tidak bisa menghasilkan urine yang pekat. Orang yang mengalami kondisi ini akan selalu merasa haus dan minum lebih banyak karena berusaha mengimbangi banyaknya cairan yang hilang.
Diabetes insipidus sendiri terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
  • Diabetes insipidus kranial. Diabetes insipidus jenis ini yang paling umum terjadi. Disebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon antidiuretik dari hipotalamus. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kerusakan pada hipotalamus atau pada kelenjar pituitari. Kerusakan yang terjadi bisa diakibatkan oleh terjadinya infeksi, operasi, cedera otak, atau tumor otak.
  • Diabetes insipidus nefrogenik. Diabetes insipidus jenis ini muncul ketika tubuh memiliki hormon antidiuretik yang cukup untuk mengatur produksi urine, tapi organ ginjal tidak merespons terhadapnya. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh kerusakan fungsi organ ginjal atau sebagai kondisi keturunan. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi penyakit mental, seperti lithium, juga bisa menyebabkan diabetes insipidus jenis ini.
Jika Anda mengalami gejala diabetes insipidus, seperti selalu merasa haus dan buang air kecil melebihi dari biasanya, sebaiknya segera temui dokter. Mungkin yang Anda alami bukan diabetes insipidus, tapi akan lebih baik untuk mengetahui penyebabnya.
Orang dewasa buang air kecil sebanyak 4-7 kali dalam sehari, sedangkan anak kecil melakukannya hingga 10 kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan kandung kemih anak-anak berukuran lebih kecil. Dokter akan melakukan beberapa tes untuk mengetahui penyebab pastinya dan diagnosis terhadap kondisi yang dialami.

Pengobatan Diabetes Insipidus

Pada diabetes insipidus kranial, pengobatan mungkin tidak perlu dilakukan pada kasus yang ringan. Untuk mengimbangi jumlah cairan yang terbuang, Anda perlu mengonsumsi air lebih banyak. Terdapat obat yang berfungsi untuk meniru peran hormon antidiuretik bernama desmopressin. Jika memang diperlukan, Anda bisa mengonsumsi obat ini.
Sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik, obat yang digunakan untuk mengatasinya adalah thiazide diuretik. Obat ini berfungsi menurunkan jumlah urine yang dihasilkan oleh organ ginjal.

Komplikasi Diabetes Insipidus

Rendahnya jumlah air atau cairan dalam tubuh dinamakan dehidrasi. Ini adalah salah satu komplikasi yang disebabkan oleh diabetes insipidus. Jika dehidrasi yang terjadi cukup ringan, Anda bisa minum oralit untuk mengatasinya. Tapi penanganan di rumah sakit akan diperlukan jika dehidrasi yang dialami cukup parah.

SUMBER : https://www.alodokter.com/diabetes-insipidus

HEMATURIA

HEMATURIA

Hematuria adalah istilah medis yang menandakan adanya darah di dalam urine. Urine akan berubah warna menjadi kemerahan atau sedikit kecokelatan. Urine yang normal tidak mengandung darah sedikitpun, kecuali pada wanita yang sedang menstruasi. Hematuria sering terlihat sangat menakutkan dan menimbulkan kekhawatiran, namun kondisi ini jarang menjadi pertanda penyakit yang membahayakan nyawa Anda. Meski begitu, Anda harus segera memeriksakannya ke dokter untuk mengetahui penyebab munculnya darah di dalam urine.
Terkadang, terdapat pula darah yang muncul di dalam urine meski tidak kasat mata. Kondisi ini sering disebut sebagai hematuria mikroskopik. Darah yang terkandung dalam urine hanya bisa dilihat di laboratorium dengan memakai mikroskop. Meski begitu, dokter tetap perlu memeriksa penyebab munculnya darah dalam urine.
Hematuria-Alodokter
Darah yang ada dalam urine umumnya berasal dari sistem saluran kemih, seperti:
  • Kandung kemih. Tempat menyimpan urine.
  • Uretra. Saluran yang dilewati urine dari kandung kemih menuju ke luar tubuh.
  • Ureter. Saluran dari ginjal menuju ke kandung kemih.
  • Ginjal. Organ yang berfungsi menyaring darah.
Hematuria pada umumnya muncul akibat kondisi medis lain yang mendasarinya. Pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan penyakit yang mendasari tersebut. Misalnya, jika hematuria disebabkan oleh infeksi saluran kemih, maka dokter akan memberikan resep antibiotik. Namun jika disebabkan oleh batu ginjal, pengobatan bisa dilakukan dengan obat pereda sakit, obat tamsulosin untuk memperlancar keluarnya batu, hingga operasi. Periksakan diri ke dokter jika Anda merasa warna urine tidak seperti biasanya.

Gejala Hematuria

Tanda-tanda yang jelas terlihat dari hematuria adalah perubahan warna urine menjadi merah muda, kemerahan, atau kecokelatan karena mengandung sel darah merah. Umumnya hematuria tidak terasa sakit, tapi jika muncul darah yang menggumpal bersama dengan urine, kondisi ini akan menjadi menyakitkan.
Beberapa kasus hematuria memang tidak disertai gejala lain sama sekali. Namun ada juga yang mengalami lebih dari hematuria. Gejala-gejala yang menyertai hematuria akan tergantung pada penyebab dasarnya, seperti frekuensi buang air kecil yang meningkat, sakit pada perut bagian bawah, atau bahkan kesulitan buang air kecil. Masing-masing ini akan kita bahas lebih mendalam di bagian penyebab terjadinya hematuria.

Penyebab Terjadinya Hematuria

Untuk mengetahui dengan pasti apakah terdapat darah pada urine dan memastikan penyebabnya, Anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter. Berikut ini beberapa penyebab umum munculnya darah dalam urine.
  • Infeksi saluran kemih. Kondisi ini terjadi ketika bakteri memasuki tubuh melalui uretra dan berkembang biak di dalam kandung kemih. Gejala lain selain hematuria adalah keinginan untuk terus buang air kecil, sakit dan sensasi rasa terbakar saat buang air kecil, dan urine yang beraroma kuat.
  • Infeksi ginjal. Gejala yang lainnya adalah demam dan juga sakit pada sisi punggung bagian bawah.
  • Batu ginjal. Jika batu cukup kecil, kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit. Tapi jika batu berukuran besar dan menghalangi salah satu saluran dari ginjal, akan menyebabkan sakit yang parah.
  • Pembengkakan kelenjar prostat. Kondisi yang umum ini tidak terkait dengan kanker prostat dan cenderung terjadi pada pria dewasa. Kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan buang air kecil dan sering buang air kecil.
  • Kanker prostat. Kondisi ini bisa disembuhkan jika diketahui dan ditangani sejak dini. Cenderung terjadi pada pria berusia di atas 50 tahun. Perkembangan kondisi ini sangat perlahan.
  • Kanker kandung kemih. Kondisi ini lebih sering terjadi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun.
  • Kanker ginjal. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang-orang di atas usia 50 tahun. Kanker ini bisa disembuhkan apabila terdeteksi dan diobati sejak dini.
  • Peradangan pada uretra. Kondisi yang umumnya disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti klamidia, akibat terinfeksi bakteri klamidia.
  • Kelainan genetik. Anemia sel sabit adalah kerusakan hemoglobin sel darah karena faktor keturunan. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya darah dalam urine. Selain anemia sel sabit, sindrom Alport juga bisa menyebabkan hematuria. Sindrom ini memengaruhi jaringan penyaring pada ginjal.
  • Obat-obatan. Obat anti kanker seperti cyclophosphamide dan penicillin bisa menyebabkan hematuria. Terkadang, kemunculan darah di urine juga bisa dipengaruhi oleh obat-obatan antikoagulan seperti aspirin dan obat pengencer darah seperti heparin.
  • Olahraga secara berlebihan. Kondisi ini mungkin jarang sekali terjadi dan tidak diketahui dengan pasti kenapa bisa menyebabkan terjadinya hematuria, tapi salah satu keterkaitannya adalah karena terjadi trauma pada kandung kemih yang mengalami dehidrasi akibat aktivitas fisik yang berlebihan.
Selain hematuria, ada hal lain yang bisa menyebabkan urine berubah warna menjadi merah muda, kemerahan, atau kecokelatan. Makanan dan obat-obatan bisa menjadi salah satu penyebab perubahan warna urine. Buah bit dan beri bisa mengubah warna urine jadi berwarna merah. Lalu obat-obatan seperti antibiotik nitrofurantoin dan obat laksatif sanna bisa membuat warna urine berubah menjadi kemerahan.
Perubahan warna yang disebabkan oleh makanan dan obat seperti di atas akan menghilang dalam beberapa hari. Jika Anda seorang wanita, pastikan darah yang keluar bukan akibat menstruasi.

Diagnosis Hematuria

Untuk memastikan bahwa perubahan warna pada urine disebabkan oleh adanya darah, dokter akan melakukan tes urine. Setelah tes urine, Anda mungkin perlu melakukan tes darah untuk memeriksa fungsi ginjal.
Tes pencitraan CT scanultrasound ginjal, dan pyelografi intravena bisa dilakukan untuk mengenali apakah terdapat batu ginjal atau kelainan lain pada sistem saluran kemih. Dokter juga akan menanyakan beberapa hal, termasuk riwayat kesehatan Anda.
Tes pengambilan sampel jaringan seperti sistoskopi dan biopsi ginjal adalah prosedur lebih intensif yang akan dilakukan jika penyebab hematuria masih belum diketahui. Sistoskopi dilakukan untuk menentukan apakah terdapat sel abnormal atau sel kanker pada kandung kemih. Sedangkan biopsi ginjal dilakukan untuk mencari tahu apakah terdapat kondisi tertentu pada ginjal Anda.

Pengobatan dan Pencegahan Hematuria

Tidak ada pengobatan khusus untuk menangani hematuria, terlebih jika gejalanya tidak serius. Untuk menangani kasus hematuria, umumnya dokter akan fokus menangani penyakit lain yang diduga menjadi penyebab munculnya hematuria, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Penanganan itu dilakukan dengan cara:
  • Memberikan antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kemih,
  • Memberikan resep obat untuk meredakan pembengkakan prostat.
  • Melakukan shock wave therapy atau terapi gelombang kejut untuk memecahkan batu ginjal dan kandung kemih.
Jika dokter tidak menemukan penyebab utama hematuria, Anda akan diminta untuk melakukan tes urine dan dokter akan memantau kondisi tekanan darah Anda setiap tiga sampai enam bulan sekali. Agar terhindar dari hematuria, Anda harus mencegah beberapa penyakit yang berpotensi menyebabkan hematuria, di antaranya:
  • Batu ginjal. Agar terhindar dari penyakit batu ginjal, Anda disarankan agar meminum banyak air mineral, membatasi konsumsi garam, makanan yang mengandung protein dan oksalat seperti bayam.
  • Kanker ginjal. Untuk mencegah kanker ginjal, hentikan kebiasaan merokok, mengendalikan berat badan, mengonsumsi makanan yang sehat dan teratur, rajin berolahraga, serta jauhkan diri dari paparan bahan kimia beracun.
  • Infeksi saluran kemih. Untuk mengurangi risiko terkena infeksi saluran kemih, usahakan agar mengonsumsi air mineral dan buang air kecil saat merasakan tekanan. Khusus untuk wanita, Anda wajib membersihkan organ vital dari depan ke belakang setelah buang air kecil dan hindari penggunaan produk pembersih area kewanitaan karena justru bisa menyebabkan iritasi di organ vital Anda.
  • Kanker kandung kemih. Berhenti merokok, menghindari paparan bahan kimia, mengonsumsi banyak air mineral bisa membantu Anda dalam mengurangi risiko terkenda kanker kandung kemih.

Pencegahan Hematuria

Secara garis besar, hematuria tidak dapat dicegah. Namun ada beberapa strategi pencegahan yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko terjangkitnya penyakit yang menyebabkan hematuria, antara lain:
  • Infeksi saluran kemih. Untuk menurunkan risiko infeksi saluran kemih, minumlah air putih dalam jumlah yang mencukupi, tidak menahan kencing, serta membersihkan vagina dari arah depan ke belakang (anus) bagi para wanita.
  • Batu ginjal. Untuk mencegah terjadinya batu ginjal, perbanyak konsumsi air putih dan kurangi konsumsi makanan yang tinggi garam, protein, dan oksalat seperti bayam dan talas.
  • Kanker kandung kemih. Hindari atau hentikan kebiasaan merkok, hindari paparan terhadap bahan-bahan kimia, serta minumlah air dalam jumlah banyak untuk mengurangi risiko terjadinya kanker kandung kemih.
  • Kanker ginjal. Anda dapat mengurangi risiko untuk menderita kanker ginjal dengan cara menghindari atau menghentikan kebiasaan merokok, menjaga berat badan agar tetap dalam batas normal, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, serta mengurangi paparan terhadap bahan-bahan kimia.

Faktor yang Meningkatkan Risiko Hematuria

Hematuria bisa terjadi pada siapa pun, termasuk pada anak-anak dan remaja. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kemunculan hematuria, di antaranya:
  • Infeksi. Ginjal yang mengalami peradangan karena pengaruh virus atau bakteri bisa meningkatkan risiko hematuria.
  • Usia. Sebagian besar pria berusia di atas 50 tahun mengalami hematuria karena pengaruh pembengkakan kelenjar prostat.
  • Keturunan. Jika keluarga Anda memiliki riwayat hematuria, batu ginjal, atau penyakit ginjal lainnya, Anda berpotensi mengalami hematuria.
  • Pengobatan tertentu. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid dan antibiotik tertentu bisa meningkatkan risiko hematuria.
  • Jenis kelamin. Mayoritas wanita pernah mengalami infeksi saluran kemih paling tidak sekali seumur hidup. Hal itu menyebabkan terjadinya hematuria.
  • Olahraga berlebihan. Pelari jarak jauh sangat rentan terhadap pendarahan di urine. Kondisi ini sering disebut sebagai hematuria jogger. Bukan hanya pelari, siapapun yang berolahraga secara berlebihan berpotensi merasakan gejala-gejala hematuria.

SUMBER ; https://www.alodokter.com/hematuria

ALBUMINURIA

ALBUMINURIA

Albuminuria adalah simtoma terdapatnya sejumlah konsentrasi albumin di dalam urin. Albumin yang mencapai ginjal melalui pembuluh darah pada umumnya akan mengalami filtrasi pada glomerulus dan diserap kembali oleh tubula proksimal menuju sirkulasi darah. Laju albumin yang terlepas dari penyerapan proksimal ke dalam urin, yang melebihi 150 miligram/24 jam telah dianggap secara medis sebagai patologis.[1]
Walaupun dropsy atau anasarca telah dikenali sejak berabad yang lalu, pada tahun yang pasti 1827 Richard Bright pertama kali mengemukakan bahwa beberapa kasus edema disebabkan oleh adanya penyakit pada ginjal, yang kemudian dikenal sebagai penyakit BrightDiagnosis edema yang menyatakan ginjal sebagai asal usul edema kemudian didasarkan pada adanya konsentrasi albumin di dalam urin. Di dalam catatannya, Reports of medical cases with a view of illustrating the symptoms and cure of diseases by a reference to morbid anatomy, Richard Bright menunjukkan pertamakalinya bahwa pemanasan urin dengan menggunakan sendok teh akan menghasilkan formasi sejenis protein serupa putih telur yang disebut "albumen", yang sekarang disebut albumin.
Beberapa istilah digunakan untuk menyatakan klasifikasi albuminuria antara lain adalah albuminuria-mikro jika laju ekskresi albumin ke dalam urin antara 2 hingga 200 mikrogram/menit[2]atau 30 hingga 300 miligram/24 jam,[3]dan disebut albuminuria-makro setelah laju ekskresi tersebut melebihi nilai 200 mikrogram/menit,[2] kemudian disebut proteinuria saat rasio albumin terhadap kreatinina lebih besar daripada 30 miligram/mmol[4] dengan laju ekskresi melebihi 0,5 gram per 24 jam.[2]Proteinuria yang disertai dengan hipertensi berakibat pada nefropatidiabetik.[5] Pada hewan anjing, hal ini merupakan komplikasi jangka panjang dari simtoma hiperkortisolisme dan hiperadrenokortisisme.[6]
Proteinuria juga dapat dikategorikan dengan asal-mula "glomerular" selain "tubular", yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas glomerular terhadap molekul makro. Peningkatan dapat terjadi pada lapisan glomerular yang dibentuk podosit atau sel mesangial, maupun pada lapisan endotelial renal yang disebut membran dasar glomerular.[7] Enzim heparanase diketahui juga menyebabkan degradasi pada membran tersebut.[8]
Pada lintasan podosit, TGF-β1, sebuah sitokina fibrogenik selalu mengalami peningkatan saat ginjal meradang.[9]TGF-β1 kemudian menekan proteindiafragma pada celah podosit seperti P-cadherinzonula occludens-1, dan nefrin. Sementara itu, TGF-β1 juga menginduksi ekspresi protein filamen seperti desminfibronektin dan kolagen-1, dan menstimulasi sekresi enzim MMP-9 oleh podosit. Sinergi endokrin dan parakrin di atas akan mengakibatkan sel epitelial termasuk podosit mengalami dediferensiasi menjadi sel mesenkimal, dan meningkatnya permeabilitas pada lapisan tunggal podosit, hingga dapat dilalui albumin.
Proteinuria lebih lanjut dikategorikan berdasarkan jenis protein yang terekskresi selain albumin, misalnya globulinrantai ringan kappa atau lambda, atau protein Tamm Horsfall yang terbentuk dari nefron yang rusak. Sedangkan albuminuria persisten merupakan salah satu faktor dari sindrom metabolisme dan dapat menjadi petunjuk awal adanya peningkatan risiko penyakit renal dan kardiovaskular yang terkait dengan resistansi insulin dan disfungsi jaringanendotelial, akibat tidak normalnya atau terbaliknya fungsi filtrasi pada glomerulus.[2] Beberapa diagnosa yang dapat terjadi dari albuminuria antara lain:[10]
  • Penyakit renal primer
  • Penyakit renal yang terkait dengan kelainan metabolisme
  • Hemodinamik seperti congestive heart failure, constrictive pericarditis, renal vein thrombosis
  • Mieloma multipel (IgGIgAIgDIgE, dan rantai ringan bebas)
  • Waldenström's macroglobulinuria (primarily IgM)
  • Mu heavy chain disease
  • Idiopathic monoclonal gammopathy
  • Limfoma
Adanya busa yang berlebihan ketika buang air kecil dapat menjadi pertanda awal simtoma albuminuria, walaupun urin yang berbusa juga dapat disebabkan oleh hal yang lain seperti defisiensi tiaminahipertensi portal, kekurangan hepatoselulartirotoksikosisanemia dan penggunaan obat-obatan anti-peradangan berjenis non-steroid yang umumnya menyebabkan reabsorpsi garam darah.[11]


SUMBER : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Albuminuria

TELESKOP

TELESKOP  Pengertian Teleskop Teleskop ialah sebuah alat bantu penglihatan (optik) untuk mengamati sebuah benda-benda yang jauh terutam...